Selasa, 12 November 2013

Film dan Suamiku

Suami saya seorang penikmat film. Film dalam arti keseluruhannya. Ide ceritanya, naskah ceritanya, teknik bercerita, sinematografi, audio, karakter dan para aktornya. Dari dialah saya belajar tentang film. Dan ternyata, dari film pulalah saya belajar tentang dia.
Salah satu aktor favorit suami saya adalah Al Pacino. Sebut salah satu judul film Al Pacino dan suami saya pasti tahu bukan hanya film tentang apa itu, berperan sebagai apa dia disana, penghargaan apa yang diraih film itu, kapan film dibuat, bahkan suami saya akan tahu salah satu petikan dialog yang diucapkan Al Pacino di film itu. Satu judul film bisa ditontonnya berulang-ulang kali. Penjelasan logis mengapa dialog bisa dihafalkan bukan? Mengagumkan? Mungkin tidak bagi anda, tapi bagi saya, iya.
Setiap menjelang akhir tahun, suami saya akan mulai berkoar-koar bahwa film berkualitas akan mulai keluar dan kami harus menontonnya. Film berkualitas yang dimaksudkan adalah film-film yang diunggulkan dalam OSCAR tahun ini. Dan, ketika nominasi Oscar sudah muncul, serta merta dia cetak info tersebut. Akan dia sisir mana film yang terlewati dan belum ditonton. Dari nominasi yang ada itu, suami saya selalu punya film atau aktor/aktris yang menurut prediksinya akan jadi juara. Dan setelah 3 tahun kebersamaan kami, hampir semua tebakannya benar. Seandainya ada taruhan untuk ini, dan itu tidak bertentangan dengan hukum atau moral, mungkin saya akan membawa tebakan suami saya ke meja taruhan. Untunglah tidak ada karena sayangnya, saya tidak akan berani.
Saya, saya tidak punya banyak kesenangan hidup. Salah. Saya banyak punya kesenangan dalam hidup. Diam saja saya senang. Sendiri saya juga senang. Berkumpul, jalan-jalan, bekerja, kerja bakti, apapun yang ada di depan mata biasanya membuat saya senang. Tapi saya tidak pernah punya suatu kesenangan akan sesuatu yang membuat saya akan melakukan lebih untuk hal itu. Saya suka nonton film terutama kartun. Saya pun bisa mengingat karakter dalam film yang saya sukai, tapi jangan tanya lebih daripada film itu bercerita tentang apa atau kesan apa yang saya dapat dari film itu. Saya tidak akan bisa menjawab. Saya tidak akan tahu siapa sutradaranya, kapan film itu dibuat, perusaan film apa yang membuatnya. TIDAK INGAT. Tidak perduli mungkin lebih tepat. Tapi sebenarnya saya bukan orang yang tidak pedulian.
Tapi melihat kesungguhan suami saya memiliki hasrat terhadap seseuatu benar-benar menyenangkan buat saya. Saya antara iri hati dan bersyukur. Iri hati karena merasa saya tidak pernah mengalami kesenangan dari mengidolakan atau memuja sesuatu. Tapi bersyukur karena semua jadi sama indahnya bagi saya.
Melihat kesungguhan suami saya dalam "mencintai" sesuatu, saya menjadi semakin berbahagia karena pastilah begitu cara dia mencintai saya. Saya yang terbiasa melihat semua sebagai indah, sekarang menyadari bahwa suami saya dan cinta yang dia berikan lebih indah dari banyak hal yang pernah saya alami.
Ayo kita nonton film, suamiku..!